SELAMAT DATANG DAN SELAMAT MENIKMATI CERITA HOROR DI RUMAH KAMI

Misteri Rumah Kosong

horormisteri21 - Suatu hari, saat masa liburan sekolah dimulai, terdapat keempat sekawan yang sedang asyik bermain di dekat rumah kosong yang terkenal dengan keangkerannya. Kabarnya rumah itu dihuni oleh para hantu. Nama keempat anak itu adalah Mita, Amel, Putri, dan Nuna. Sembari bermain, salah satu anak bernama Mita merasa penasaran dengan rumah terbengkalai itu.

“Teman-teman, kalian tahu ga, kenapa rumah itu tak ada yang menghuni?” tanya Mita.

Mendengar pertanyaan temannya, Putri pun menjawab,”Katanya dulu rumah itu ada yang menghuni, tapi entah kenapa sekarang tidak ada lagi penghuninya.”

Setelah pembicaraan tentang rumah kosong itu, mereka pun melanjutkan lagi permainan yang sempat terhenti.

Sementara sore hampir habis, waktu telah menunjukkan pukul 18.15 WIB. Adzan pun mulai terdengar. Empat sekawan itu pun hendak pulang ke rumah masing-masing.

“Tolong … tolong sayaaa!” Tiba-tiba suara putus asa terdengar dari kejauhan. Membuat Nuna menghentikan langkahnya. Nuna pun segera memanggil teman-temannya yang telah berjalan lebih dahulu di depannya.

“Tunggu! Sepertinya ada seseorang yang berteriak meminta tolong. Kalian denger, ga?” Jelas saja suara keras Nuna berhasil menghentikan langkah teman-temannya. Namun, taka da satu pun dari teman-temannya yang mendengar apa yang didengar oleh Nuna.

Nuna mengatakan, “Kayaknya suaranya berasal dari rumah kosong itu.” Bukannya takut Nuna malah bermaksud mengajak teman-temannya ke rumah kosong itu untuk memeriksa.

Namun, Amel yang merasa takut menolak. Teman-teman lainnya juga tak ada yang mau. Mereka pun pulang ke rumah mereka masing-masing.

Keesokan paginya, Mita menceritakan apa yang dialami oleh Nuna kemarin kepada ibunya. Mendengar cerita Mita, ibu pun melarang Mita dan teman-temannya memasuki rumah kosong itu. Mita pun hanya diam saja.

Kemudian pada pukul 11.30 WIB, datanglah Nuna dan teman lainnya ingin mengajak bermain.

“Ini pukul 11.30, kata orang dan kata ibuku ‘gak boleh keluar rumah kalo lagi jam begini’, Nuna!” tolak Mita. Nuna segera merayu Mita. Akhirnya Mita pun setuju untuk bermain bersama teman-temannya. Lalu mereka bermain kembali di dekat rumah kosong itu.

Saat sedang asyik bermain, tiba-tiba Nuna mendengar suara teriakan itu lagi. Namun, rupanya hanya Nuna saja yang mendengar, sedangkan teman-temannya tidak mendengar suara apapun.

Akhirnya, Mita mengajak teman-temannya pulang saja. Sepertinya Mita juga merasa takut. Akan tetapi, Nuna terus saja memaksa. Beruntung adzan kembali terdengar.

Allahu Akbar … Allahu Akbar

“Alhamdulillah, sudah adzan. Bagaimana kalo kita sholat dulu? Setelah itu baru kita ke rumah itu sekitar jam dua sore nanti, gimana?” tawar Amel. Entah kenapa Amel mendadak paling berani. Padahal kemarin dia yang merengek minta pulang.

Setelah mereka sholat dan jam sudah pukul 14.30 WIB mereka pun mulai berkumpul. Setelah beberapa menit, sampailah mereka di rumah itu.

“Braaak!”

“Sepertinya itu suara benda jatuh,” kata Nuna. Mita pun semakin ketakutan dan tidak berani masuk ke dalam rumah. Namun, Nuna memaksa. Maka sambil ketakutan Mita masuk ke dalam rumah. Ke empat sekawan itu segera berpencar untuk mencari sumber suara yang didengar oleh Nuna.

“Tolong … tolong!” Terdengar lagi suara putus asa itu, tapi kali ini terdengar lebih dekat.

“Sepertinya ada orang sedang menangis, tetapi dimana yah?” tanya Nuna dalam hati.

Tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 18.00 WIB. Tiba-tiba Nuna mendengar suara tangisan berada di dalam ruang kamar yang kosong.

Nuna membuka lemari, ia dikagetkan dengan baju yang berlumuran darah kering. Dengan ketakutan, Nuna berteriak memanggil teman-temannya.

“Apa apa, Nun?” tanya teman-temannya serentak. Nuna segera menunjukkan temuannya, “Lihat baju ini!” seru Nuna. Teman-temannya pun kaget.

“Ayo, kita pulang dan bawa baju itu, nanti akan kuberikan pada ibu. Biar ibuku saja yang bertindak,” usul Mita, yang disetujui teman-temannya.

Sesampainya di rumah, Mita segera melaporkan temuan baju bernoda darah itu kepada ibunya. Melihat itu, ibu mulai bercerita.

“Dulu ada keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak laki-laki yang menghuni rumah itu. Lalu entah bagaimana rumah itu mendadak tak dihuni lagi hingga terbengkalai sampai saat ini?” Cerita ibu kepada Mita. Ibu pun berpesan kepada Mita agar tak lagi mengunjungi rumah kosong itu. Namun, sayangnya Mita dan teman-temannya rupanya tak mengindahkan pesan ibu.

Pada pukul 21.30 WIB, tanpa  sepengetahuan orang tua mereka masing- masing, anak-anak kecil itu menyelinap masuk ke rumah kosong itu.

Sekali lagi Nuna kembali ke kamar tempat ia menemukan baju berlumuran darah kering. Dan kembali Nuna mendengar jeritan minta tolong.

Tiba-tiba Nuna melihat sepasang hantu suami istri. Kedua hantu itu menatap tajam kea rah Nuna.

“Ka- kalian kenapa bergentayangan seperti ini? tanya Nuna.

“Temukan jasad kami,” ujar si hantu istri dengan lirih.

“Ma-mana jasad kalian tunjukan kepada saya,” tanya Nuna ketakutan.

Kedua hantu itu serentak menunjukkan jari ke arah septic tank. Kembali Nuna berteriak memanggil teman-temannya, yang kemudian bergegas menghampiri, tepat setelah kedua hantu menghilang.

“A-da ma-yat di da-lam septic tank!” dengan terbata-bata Nuna berusaha menjelaskan.

“Bagaimana? Apa sebaiknya kita lapor orang tua kita saja? Kita tak mungkin menggali, kan?” Putri memberi saran. Teman- temannya hanya terdiam, mungkin masih ketakutan setelah mendengar cerita Nuna.

Keesokan paginya, empat sekawan itu kembali bertemu. Kali ini mereka tak lagi bermain di rumah kosong itu. Sebab, rumah kosong itu sejak ada penemuan mayat telah menjadi TKP dan ramai polisi.

Maka kali ini mereka bermain di dekat rumah Mita. Di sana lah mereka mendengar kisah sekolah angker dari ibu-ibu. Katanya ada murid melihat kursi goyang, suara anak kecil, pokoknya seram.

Tiba-tiba Nuna teringat sesuatu. “Teman-teman, aku lupa sesuatu. Jadi kemarin sebelum hantu suami istri itu menghilang, mereka mengancam agar aku dapat menemukan anak mereka yang hilang. Jika tidak, maka mereka akan mengganggu kita dan warga di sini,” tutur Nuna.

‘Bagaimana kalau kita periksa saja hantu anak kecil di sekolah yang disebutin ibu-ibu tadi? Siapa tahu itu anak dari hantu di rumah kosong?” Lagi-lagi Putri memberi saran, yang kemudian disetujui oleh ketiga temannya.

Pada malamnya, keempat sekawan itu benar-benar menuju ke sekolah. Kebetulan malam itu adalah malam Jumat Kliwon. Jam menunjukkan pukul 21.45 WIB.

Tiba-tiba mereka melihat anak perempuan yang juga sedang menuju ke sekolah. Mereka pun cepat-cepat bersembunyi dan mengikuti anak perempuan itu. Rupanya anak perempuan itu tertawa dan berbicara sendirian. Membuat Mita keheranan.

“Dia sedang berbicara dengan teman seusianya, kok,” jelas Nuna.

Mereka pun saling berdebat, hingga kehilangan jejak si anak kecil berbaju biru itu. Mereka mulai kebingungan. Lalu mereka semua sibuk mencari keberadaan anak itu.

Tiba-tiba kaki Putri tak bisa digerakkan, ternyata ada hantu anak kecil yang menarik kakinya.

“Pergi kau!” teriak Nuna sambil mereka membacakan ayat qursi bersama-sama. Ajaib, anak kecil itu hilang.

“Hei, bukannkah hantu anak kecil itu kan yang berbicara sama anak perempuan tadi?” Nuna berteriak.

Tiba-tiba mereka menemukan anak perempuan itu dan hampir saja  menghampiri anak kecil itu.

“Tunggu!” seru Nuna menghentikan langkah teman-teman nya.

“Kenapa, ada apa?” tanya Putri.

“Ada anak kecil lainnya yang duduk disampingnya,” jawab Nuna pelan. Lalu Nuna pun menghampiri anak kecil itu dan duduk dekat mereka dan mulai bertanya pada anak kecil perempuan yang berteman dengan hantu anak kecil itu.

Rupanya anak perempuan itu berteman dengan hantu anak kecil itu. Setelahnya, hantu anak kecil mulai bercerita.

“Ibu dan ayahku dibunuh di rumah, tetapi aku berhasil kabur dan bersembunyi disini. Pada saat aku berlari dari kejaran penjahat, aku terjatuh. Rupanya saat jatuh ada paku yang menancap di perutku. Membuat penjahat berhasil menangkapku, membunuhku, dan kemudian memotong-motong tangan, kaki,dan tubuhku. Aku ingin menemukan potongan tubuh itu, supaya aku bisa berkumpul kembali dengan kedua orang tuaku,” jelas si hantu.

Lalu Nuna menunjukkan sebuah foto yang dia curi dari rumah kosong.

“Apakah mereka kedua orang tuamu?” tanya Nuna, si hantu kecil itu pun mengangguk keheranan. Nuna pun menceritakan kembali pengalamannya bertemu dengan hantu orang tua si anak hantu itu.

“Lalu di mana potongan-potongan tubuhmu?” tanya Nuna. Pada akhirnya si hantu anak kecil itu pun mengarahkan Nuna menuju ke berbagai tempat di mana potongan tubuh itu disembunyikan oleh para penjahat.

Nuna dan kawan-kawan melibatkan satpam sekolah dalam pencarian. Lantas keesokan paginya, polisi mulai berdatangan dan potongan tubuh anak kecil bernama Reyhan itu mulai diangkut dan disatukan untuk keperluan autopsi.

Setelahnya, rumah kosong itu kembali ramai, selain adanya garis polisi dan polisi yang berlalu lalang, juga adanya reuni antara ayah, ibu,dan anaknya.

Sementara dari jauh, Nuna memandang keramaian itu, lalu tersenyum, sembari melambaikan tangan kepada Reyhan, si hantu. (Tamat) Agen Domino99

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama