Jam sudah menunjukkan pukul sebelas, dan suasana jalan sepi serta berkabut.
Rumah besar yang ia tinggali memang murah, tapi kondisinya sangat tua dan sebagian besar kamarnya kosong, termasuk kamar sebelah yang hanya berisi perabot lama berdebu.
Saat ia menutup pintu, terdengar suara gemerisik dari arah kamar kosong.
Awalnya, Rini mengabaikannya, menganggap itu hanya suara tikus atau mungkin angin yang meniupkan debu.
SahabatQQ: Agen DominoQQ Agen Domino99 dan Poker Online Aman dan Terpercaya
Namun, ketika suara itu semakin jelas, terdengar seperti seseorang menggerakkan kursi dengan lambat, hatinya mulai berdebar.
Pikirannya berusaha untuk tenang, mengingatkan diri bahwa itu hanya halusinasinya saja karena lelah.
Namun, saat Rini mematikan lampu kamar dan mencoba memejamkan mata, terdengar ketukan pelan dari dinding di sebelah.
"Tok... tok... tok…" Suaranya teratur dan terasa dekat. Rini menegakkan badan, tubuhnya gemetar saat ia meraih senter di samping tempat tidur.
Dengan napas tertahan, ia bangkit dari kasur dan berjalan mendekati dinding, berusaha mendengar lebih jelas.
Ketukan itu tiba-tiba berhenti, digantikan suara tawa kecil seorang anak yang begitu pelan namun terdengar seram.
Bulu kuduknya meremang saat suara itu diiringi dengan dentingan mainan yang seolah bergulir di lantai.
Tak kuasa menahan rasa takut, Rini keluar dari kamar dan berjalan perlahan menuju kamar kosong itu.
Pegangan pintu berderit saat ia membukanya, memperlihatkan ruangan gelap yang kosong.
Lampu senternya bergetar seiring gemetar tangannya. Lalu ia melihatnya—di sudut kamar, kursi tua yang sebelumnya kosong kini diduduki seorang anak kecil dengan kepala menunduk, rambutnya panjang dan kusut, seakan menutupi wajahnya.
Rini terdiam, tubuhnya kaku saat anak itu perlahan mengangkat kepalanya dan menatap lurus ke arahnya dengan senyum pucat di wajah.
Tiba-tiba, anak itu berdiri dan berjalan perlahan ke arahnya, sementara suaranya berbisik, "Kembalikan mainanku..."
Tak mampu bergerak, Rini hanya bisa mematung saat anak itu mendekat semakin dekat, hingga wajah pucatnya hanya sejengkal dari wajah Rini.
Senter di tangannya mendadak mati, dan suara terakhir yang didengarnya hanyalah bisikan dingin yang terus mengulang di telinganya.Domino99
Esok paginya, pemilik rumah menemukan kamar Rini kosong.
Tidak ada jejak ke mana ia pergi, hanya satu hal yang tersisa di lantai kamarnya: sebuah boneka tua berdebu yang seakan tersenyum padanya.