horormisteri21 - Pembantaian dukun santet di Banyuwangi pada tahun 1998 seakan tak pernah padam, banyak versi yang menyebutkan tentang kejadian kala itu dan terus menjadi misteri hingga saat ini.
Bagi yang belum tahu, di tahun 1998, Indonesia mengalami masa gelap dan menjadi sejarah kelam bagi sebagaian masyarakat Indonesia. Mulai dari kerusuhan dan penjarahan besar-besaran di berbagai kota besar, hingga akhirnya mundurnya Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia.
Tidak hanya itu, bagi masyarakat Banyuwangi, tahun tersebut menjadi tahun yang penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran. Pasalnya di tahun 1998, Kota Banyuwangi menjadi sasaran para ninja yang membantai masyarakat dan juga orang-orang yang dipercaya sebagai dukun santet.
Cerita horor dan kelam ini semakin menarik, usai salah satu warga Banyuwangi bernama Satrio, membagikan kisah nyata yang ia alami pada waktu itu. Termasuk keluarganya yang menjadi korban para ninja.
Kisah Pembantaian Dukun Santet 1998 di Banyuwangi
Mengulas kembali pada tahun 1998 pernah terjadi suatu pembantaian besar-besaran masyarakat yang diduga menjadi dukun santet, oleh sekelompok pakaian hitam yang disebut sebagai ninja. Meski hingga saat ini, belum bisa dipastikan siapakah sosok ninja itu? Pasalnya ada banyak versi yang menggambarkan mereka.
Beberapa kalangan menyakini bahwa mereka adalah sekelompok orang yang memiliki ilmu putih dan tidak menyukai mereka yang memiliki ilmu gelap, ada juga yang meyebut bahwa mereka merupakan utusan pemerintah yang memang sengaja dibentuk untuk menghilangkan orang-orang yang bertentangan dengan pemerintah.
Namun pada sebagian orang mempercayai, bahwa mereka ini bukanlah manusia sungguhan. Sebab banyak kejanggalan dari mereka yang sulit dipercaya sebagai manusia pada umumnya. Saking sadisnya mereka, bukan hanya mengincar dukun santet, tetapi juga masyarakat sipil, bahkan pemuka agama.
Satrio menceritakan pengalamannya melihat sang ninja yang terjadi dari Februari sampai Oktober 1998. Di mana banyak pembantaian masyarakat yang mereka dikenal dengan dukun santet, yang sebelumnya rumah mereka di tandai dengan tanda X. Dan tidak butuh waktu lama bagi para ninja untuk menghabisi orang yang ada dirumah tersebut dengan waktu yang sangat singkat.
Biasanya rumah yang sudah ditandai dengan huruf X sebagai kode targetnya, rumah tersebut akan mengalami mati lampu, dan hanya dalam hitungan menit, seluruh keluarga yang ada dirumah tersebut akan dibunuh dengan sadis. Dan setelah tugasnya selesai, lampu akan otomatis menyala kembali.
Saking sadisnya banyak dari masyarakat Banyuwangi yang tak pernah berani keluar seusai magrib. Bahkan tak sedikit juga mereka yang saling mencurigai sesamanya.
Saat itu, aparat keamanan seperti polisi yang berniat untuk menenangkan masyarakat Banyuwangi mengklaim telah menangkap sejumlah orang laki-laki yang diduga sebagai ninja. Namun justru hal tersebut malah membuat masyarakat semakin curiga. Pasalnya orang-orang tersebut merupakan orang yang mereka tahu dan dikenal cukup baik. Hal itu membuat masyarakat semakin yakin bahwa pemerintah hanya menjadikan mereka sebagai kambing hitam.
Selain itu, masyarakat semakin menaruh dendam kepada aparat, usai saat itu Bupati Banyuwangi memerintahkan setiap kepala desa mencatat nama-nama warganya yang diduga sebagai dukun ataupun punya keahlian lainnya dengan alasan untuk melindungi.
Akan tetapi bukannya mendapat keamanan, justru nama yang semuanya ada daftar tersebut tewas terbunuh. Bupati saat itu menjelaskan bahwa data yang mereka punya bocor, dan membuat masyarakat semakin ketakutan dan geram.
Kejadian ini membuat masyarakat Banyuwangi saat itu semakin mencurigai apabila ada orang asing yang masuk ke desa mereka. Tak sedikit juga mereka yang terlihat mencurigakan langsung dihabisi oleh desa setempat, sampai ada yang dibakar.
Ayah Satrio Korban Ninja dan Percaya Ninja Bukan Manusia
Meski tak dijelaskan usia Satrio saat itu, namun ia sudah tumbuh dengan besar di lingkungan yang penuh dengan magis. Hal ini yang membuat dirinya tak heran dengan magis atau ilmu-ilmu gaib, karena sudah menjadi hal biasa sejak kecil.
Malam itu, ketika Satrio berada di pondok, ia mendapat telfon dari pamannya yang mengabarkan bahwa sang ayah telah tewas terbunuh yang diduga dilakukan oleh para ninja.
Satrio merasa terpukul dan kaget, pasalnya yang ia tahu ayahnya bukanlah orang semacam itu. Satrio mengena sang ayah sebagai sosok yang baik, dan hanyalah masyarakat sipil biasa. Meski ia dan keluarganya tinggal di lingkungan yang penuh dengan ilmu gaib, tp Satrio percaya bahwa sang ayah bukanlah dukun.
Di saat yang bersamaan, pondok tiba-tiba mati lampu dan membuat anak-anak di pondok berteriak hingga berlarian mengarah keluar pondok. Ketakutan semakin menjadi ketika saat itu, ada suara dari genteng seperti orang berlari. Setibanya di lapangan pondok, Satrio dan anak-anak lain terkejut ketika melihat para guru dan pengurus yang sudah berdarah terkena tebasan para pedang dari ninja.
Bahkan Satrio juga sempat melihat secara langsung salah satu guru pondok yang bernama pak Rohim sedang diseret oleh salah satu ninja dan langsung menebas kepala pak guru hingga terpisah dari badannya dan disaksikan olah anak-anak pondok.
Setelah semua guru dan pengurus yang ditargetkan tewas, para ninja ini segera pergi. Dan yang Satrio saksikan bahwa mereka seperti ninja yang ada dalam film-film. Mereka loncat dari tanah ke atap genteng dan melompat dari satu genteng ke genteng lain dengan cepat. Dan hal ini yang meyakini bahwa sang ninja bukanlah manusia biasa alias makhluk gaib.
Setelah itu, lampu kembali nyala dan terlihat banyak korban dewasa yang menjadi sasaran ninja baik yang ada di luar pondok sampai di dalam pondok. Tak hanya itu, kiyai pimpinan pondok juga hilang.
Kejadian pada waktu itu, membuat Satrio merasa trauma dan sulit melupakannya hingga saat ini.
Pengurus Depok Kerasukan dan Misteri Ninja yang Tak Terungkap
Seiring berjalannya waktu dan misteri ninja yang tak pernah terungkap membuat banyak masyarakat Banyuwangi khususnya di desa tempat Satrio tinggal menjadi semakin gelisah dan hilang arah.
Tak sedikit dari mereka yang akhirnya bersekutu dengan makhluk gaib atau jin untuk bisa melindungi diri mereka.
Pernah ada kasus dalam pondok Satrio, salah satu pengurus mereka bu Yeti kerasukan saat berada di dapur bersama dengan sesama pengurus lain. Bu Yeti nampak puact dan urat-urat di tubuhnya megeras dan menonjol keluar. Parahnya lagi, bu Yeti juga hampir menyerang sesama pengurus yang ada disebelahnya dengan pisau yang ada digenggamnnya, namun beruntung tak kena.
Saat itu, pondok menjadi ramai dan kerasukan bu Yeti semakin jadi bahkan sampai merayap di dinding dan plafon atap. Sampai guru agama pondok membaca doa-doa agar roh atau jin yang memasuki tubuh bu Yeti kelaur, namun tak berhasil. Justru sang jin malah mengucapkan kata yang membuat mereka diam "Gimana cara kamu ngusir setan, kalau kalian aja bersekutu sama setan", yang justru membuat bu Yeti pergi menghilang.
Karena kondisi Banyuwangi yang semakin tidak kondusif, akhirnya para dukun bersatu dan menyerang mereka-mereka yang mencoba untuk mengganggu dengan ilmu gaib.
Serangan demi serangan mereka lakukan dan pelan-pelan serangan para ninja semakin berkurang saat itu. Bersamaan dengan itu, muncul orang gila yang mereka semua tak pernah melihat orang tersebut.
Banyak yang menduga bahwa orang gila ini adalah mereka sang ninja yang kalah dalam serangan ilmu gaib, dan makin lama orang gila yang suka wara-wiri di desa mereka juga hilang.
Setelah kondisi desa semakin aman, perlahan orang-orang hilang saat itu akhirnya ditemukan. Seperti pak Kiyai pondok dan bu Yeti yang berhasil ditemukan di dalam hutan. Pak Kiyai ditemukan dalam kondisi kritis yang terikat di sebuah pohon bersama dengan orang hilang lainnya. Domino99